Cara Membuat Naskah Drama Dan Contohnya

Secara etimologis, kata “drama” berasal dari bahasa Yunani, dram yang berarti gerak. Tontonan drama memang menonjolkan percakapan (dialog) dan gerak-gerik para pemain (acting) di panggung. Percakapan dan gerak-gerik itu memeragakan cerita yang ditulis dalam naskah. Dengan demikian, penonton dapat langsung melihat, mengikuti, dan menikmati cerita tanpa harus membaca naskah dan membayangkannya (Usul Wiyanto, 2004, hlm. 1).

Bagaimana sejarah drama? Drama sudah ada sejak nenek moyang kita ribuan tahun lalu. Namun, bukti tertulis yang bisa dipertanggungjawabkan bahwa terdapat naskah drama yang ditemukan di abad kelima SM. Penulis drama ini adalah Aeschylus yang hidup tahun 525-456 SM. Isi lakonnya berupa persembahan untuk memohon kepada dewa-dewa. Jadi, dapat dipastikan bahwa keberadaan sudah ada jauh sebelum tahun 500 SM.

Drama sering disebut dengan sandiwara atau teater. Kata “sandiwara” berasal dari bahasa Jawa sandi yang berarti rahasia dan warah yang berarti ajaran. Sandiwara berarti ajaran yang disampaikan secara rahasia atau tidak terang-terangan. Unsur penting dari drama adalah naskah.

Pertanyaannya, bagaimana menulis naskah drama? Tulisan ini akan menjelaskan secara singkat bagaimana menulis naskah drama dengan sederhana. Setelah mengetahui apa itu naskah drama, kita bisa mengembangkan sendiri naskah yang kita inginkan dengan sebaik mungkin.

Naskah drama ini sangat penting sebagai panduan dalam bermain drama atau teater. Teater (drama) modern biasanya harus memakai naskah dalam permainannya. Sementara teater tradisional, seperti ludruk, ketoprak, dagelan, biasanya tidak memakai naskah. Para pemain terbiasa berimprovisasi (spontanitas) dalam memainkan cerita, yang penting para pemain sudah memahami alur cerita. Dialog-dialog akan dibuat sendiri oleh para pemain. Meskipun demikian, teater tradisional sekarang sudah banyak yang menggunakan naskah dalam penampilannya. Dengan menggunakan naskah, dialog, dan akting para pemain bisa dirancang secara lebih baik.

Jadi, bila kita akan mengadakan pertunjukan drama, yang kita butuhkan pertama-tama adalah naskah drama. Naskah drama, menurut Usul Wiyanto (2004: 31-32) adalah karangan yang berisi cerita atau lakon. Dalam naskah tersebut, termuat nama-nama tokoh dalam cerita, dialog yang diucapkan para tokoh, dan keadaan panggung yang diperlukan. Bahkan, kadang-kadang juga dilengkapi dengan penjelasan tentang tata busana, tata lampu (lighting), dan tata suara (musik pengiring).

Naskah drama bentuk dan susunannya berbeda dengan naskah cerita pendek atau novel. Naskah cerpen atau novel berisi cerita lengkap dan langsung tentang peristiwa yang terjadi. Sebaliknya, naskah drama tidak mengisahkan cerita secara langsung. Penuturan ceritanya diganti dengan dialog para tokoh. Jadi, naskah drama itu mengutamakan ucapan-ucapan atau pembicaraan para tokoh. Dari pembicaraan para tokoh tersebut, penonton dapat menangkap dan mengerti seluruh ceritanya.

Permainan drama dibagi dalam babak demi babak. Setiap babak mengisahkan peristiwa tertentu. Peristiwa itu terjadi di tempat tertentu, dalam waktu tertentu, dan suasana tertentu pula. Misalnya drama itu terdiri dari tiga babak, berarti ada babak I, babak II, dan babak III. Tiap babak menggambarkan peristiwa yang berbeda. Dengan pembagian seperti itu, penonton memperoleh gam-baran yang jelas bahwa setiap peristiwa berlangsung di tempat, waktu, dan suasana yang berbeda.

Untuk memudahkan para pemain drama, naskah drama ditulis selengkap-lengkapnya, bukan saja berisi percakapan, tetapi juga disertai dengan keterangan atau petunjuk. Petunjuk itu, misalnya gerakan-gerakan yang dilakukan oleh pemain, tempat terjadinya peristiwa, benda-benda peralatan yang diperlukan setiap babak, dan keadaan panggung setiap babak. Juga tentang bagaimana dialog diucapkan, apakah dengan suara lantang, lemah, atau dengan berbisik. Pendek kata, naskah drama itu benar-benar sudah lengkap dan sudah siap dimainkan di panggung.

Penulisan naskah drama (teater) merupakan suatu pro¬ses yang utuh, yang mempunyai keseluruhan. Ada unsur-unsur fundamental dalam naskah drama antara lain 1) penciptaan latar (creating setting), 2) penciptaan tokoh yang hidup (freshing out characters), 3) penciptaan konflik-konflik (working with conflicts), penulisan adegan, dan secara keseluruhan disusun ke dalam sebuah skenario. Jadi, menulis naskah drama adalah menulis setiap adegan secara rinci, misalnya bagaimana suatu dialog antarpelaku harus ditulis, bagaimana keadaan pelaku, marah, sedih, gembira, atau biasa saja, settingnya ada di mana, di dalam atau di luar ruangan, bagaimana pencahayaan (lighting), dan sebagainya.

Contoh Naskah Drama

Judul: Anak Nakal

Para Pemain

Buyung : anak keluarga menengah ke bawah seorang penjual nasi.
Betty : anak keluarga kaya dan mapan, manja dan judes.
Yu Minah : ibu Buyung penjual nasi.
Parmin : tukang becak yang sering lewat warung Yu Minah.
Karyo : tukang kredit keliling.
Polisi 1 : intel bagian reserse dan kriminal.
Polisi 2 : intel bagian reserse dan kriminal.

Sinopsis

Cerita drama ini menggambarkan fenomena anak sekolah yang bermasalah. Ceritanya si Buyung, anak Yu Minah penjual nasi. Di mata keluarganya, si Buyung jadi anak yang baik dan penurut. Pagi berangkat sekolah dan sore pulang dari sekolah. Namun, di balik kebaikan, di mata keluarganya, si Buyung ternyata menjadi anak nakal dan suka bolos sekolah, pacaran, dan pengguna obat terlarang. Dengan kelakuan seperti itu, Buyung pun mendapatkan pelajaran berharga.

Panggung

Panggung menggambarkan sebuah rumah di depannya terdapat warung di teras rumah, berisi dagangan berupa tempat krupuk, pisang yang digantung, nasi, sayur, piring, dan sebagainya. Ada meja dan kursi panjang tempat duduk pembeli.

Yu Minah : (muncul dari rumah membawa baskom berisi nasi, menyiapkan dagangan, keluar masuk mengambil dagangan). Anak-anak, ayo cepat mandi dan sarapan sudah siang! (sambil menyiapkan makanan Yu Minah ngomel-ngomel). Buyung cepat, yang besar memberi contoh sama adik-adiknya! Mbok yo ngerti! (Tiba-tiba kang Parmin lewat dengan becaknya).
 
Parmin : Yu Nah, monggo!
 
Yu Minah : Nggak mampir dulu, sarapan?
 
Parmin : Makasih, buru-buru Yu.
 
Buyung : Berangkat dulu, Bu. (pamit Buyung sambil cium tangan).
 
Yu Minah : Lha mana adikmu, sudah berangkat?
 
Buyung : Belum, Bu. Lagi sarapan.
 
Yu Minah : Hati-hati di jalan. (lalu disusul adiknya berangkat sekolah sambil salaman). (Yu Minah sendirian sambil menyiapkan makanan). Siang begini, penjual minyak belum juga datang. Dasar pemalas. Sekarang hidup susah, dagangan kurang laku, apalagi harga-harga pada naik. Sekolah bayar mahal.
 
Karyo : (tukang kredit datang naik sepeda ke warung Yu Minah). Lagi apa, Yu Nah?
 
Yu Minah : Ah biasa mas, nunggu dagangan. Belum juga ada pembeli.
 
Karyo : Gimana Yu Min, kapan bayar tunggakanmu?
 
Yu Minah : Gimana to mas, kamu itu? Dagangan belum laku, kok malah nagih utang.
 
Karyo : Kamu jangan janji terus lho Yu. Ini sudah peringatan terakhir dari bosku. Aku akan dimarahi jika tidak dapat tagihan. Kalau semua pengutang seperti kamu, perusahaan bisa bangkrut.
Yu Minah : Lha mau gimana lagi Mas? Kalau tidak ada uang. Minggu depan saja, barangkali bapaknya anak-anak dapat uang.
 
Karyo : Pusing aku kalau begini caranya. (katanya sambil makan pisang goreng). Minta teh panas kalau begitu.
 
Yu Minah : Gelas kecil apa besar?
 
Karyo : Besar.
 
Yu Minah : Aduh Mas, aku juga pusing. Harga-harga naik, biaya sekolah juga naik, apalagi anakku juga banyak. Semua serba mahal. Namun, anehnya, DPR malah minta naik gaji. Itu apa lumrah?
 
Karyo : Tidak usah mikir yang gede-gede, Yu. Kita wong cilik mikir sing cilik wae. Udah Yu, aku berang-kat. (katanya sambil menyingklak sepeda onthel-nya). (Yu Minah sendirian lagi).
Panggung berlatar gedung sekolah. Di situ ada kantin sekolah.
 
Betty : (sedang duduk sendirian di kursi kantin menunggu sambil pencat-pencet HP).
 
Buyung : Hai Say, lagi apa nih?
 
Betty : Nunggu kamu tahu? Kurang ajar lu, ditunggu tidak tahu diri.
 
Buyung : Sabar, Say. Gitu saja marah. Sudah makan belum?
 
Betty :
Belum, males. Laper di rumah (katanya manja).
 
Buyung : Pesan nasi satu bu Sri. Lauk ayam.
 
Bu Sri : Iya, tunggu sebentar ya. Kok tidak masuk kelas Mas Buyung?
 
Buyung : Wah malas Bu, lagi pusing tidak bisa mikir. Apalagi gurunya crewet, banyak tugas. (makanan telah disiapkan dan diserahkan kepada pemesan).
 
Betty : Yuk kita jalan ke kota, main ke mall. Mau ngantar kan, Say? (katanya manja).
 
Buyung : Gimana alasan kita pergi kalau ditanya guru piket?
 
Betty : Kayak nggak tahu saja, cari akal. (katanya sambil jari telunjuknya menunjuk ke kepala).
 
Buyung : Oke, deh.
 
Betty : Bilang saja, lagi sakit mau berobat ke dokter. Beres. 
Di rumah Buyung. Rumah dengan warung di teras rumah. Ada meja kursi.
 
 
Yu Minah : Jam segini sore, Buyung belum juga pulang? Ke mana saja tuh anak?
 
Parmin : Ah, biasa Yu, anak muda. Barangkali main sa¬ma temannya mejeng di mall. (katanya sok tahu sambil melahap tempe).
 
Yu Minah : Ini kayaknya tidak biasanya, kang Parmin. Biasanya ia berangkat dan pulang sekolah tepat waktu lho.
 
Parmin : Lha Yu Min tahu nggak kegiatan anakmu? Apa benar-benar masuk sekolah? 
Jangan-jangan bolos.
 
Yu Minah : Ah, kang Parmin, itu namanya suuzan, berburuk sangka.
 
Parmin : Ini bukan suuzan, apa Yu suuzan?
 
Yu Minah : Suuzan, berburuk sangka.
 
Parmin : Ya ya suuzan, berburuk sangka. Maksudnya bukan kita yang bermaksud berburuk sangka, tetapi kita harus mewaspadai anak kita supaya tidak terjerumus ke dalam kesalahan. Orangtua jangan terlalu mempercayai anak. Nanti bisa tertipu oleh anak, betul nggak? Di depan kita, anak itu tampak penurut, tetapi di belakang membohongi kita.
 
Yu Minah : Kamu jangan menakut-nakuti lho, Kang?
 
Parmin : Ini benar, bukan menakuti. Supaya kita waspada, bisa memastikan kegiatan anak kita.
 
Yu Minah : Kang, kamu kok pintar to? Dari mana ilmunya? (katanya sambil ketawa).
 
Parmin : Iya to, walaupun saya tukang becak, saya tidak ketinggalan informasi. Baca koran gratis di papan pengumuman kampung kita itu.
 
Polisi 1, 2 : (2 polisi datang ke warung Yu Minah sore itu jam 16.30 wib, badan tinggi tegap, rambut cepat, dan berjaket hitam).
 
Polisi 1 :
Apa benar ini rumahnya Buyung, Bu? (katanya tegas dan serius).
 
Yu Minah : Ya, benar Pak. Bapak ini siapa, dari mana?
 
Polisi 1 : Kami dari kantor polisi.
 
Yu Minah : Jadi Bapak ini polisi to?
 
Polisi 2 : Iya, Bu. Ibu ini siapa?
 
Yu Minah : Saya Yu Min, lengkapnya Minah. Saya ibunya Buyung. Memangnya ada apa, Pak polisi?
 
Polisi 1 : Anak Ibu bernama Buyung ditangkap polisi karena jadi pengguna narkoba dan berpesta di hotel bersama teman-temannya. Ibu diminta datang ke kantor polisi sesegera mungkin.
 
Yu Minah : (dengan gugup dan bingung), gimana Pak polisi, saya bingung. Tidak duduk dulu Pak, saya buatkan minum?
 
Polisi 2 : Tidak usah, Bu. Kami harus cepat-cepat ke kantor, masih banyak urusan. Itu saja Bu. Ini sebagai pemberitahuan dari kantor polisi. (lalu dua polisi itu pergi).
 
Yu Minah : (hanya melongo bingung). Pak...Pak? Aduh anak kurang ajar, sudah menipu orangtua mentah-mentah ya. Awas kalau ketemu akan ku kru¬wes-kruwes. Pusing-pusing. (jerit Yu Minah lemas, lalu ambruk).
 
Parmin :
(bingung) ada apa Yu, kok jatuh? (teriak Parmin menolong Yu minah yang mau jatuh. Dan keduanya akhirnya jatuh bersama).
 
Selesai

Ini hanya sekadar contoh sebagai gambaran kita. Kalau kita mau membuat naskah, kita bisa menulis sendiri sesuai dengan keinganan dan minat kita. Dengan contoh tersebut, diharapkan bisa memberikan gambaran tentang naskah drama, setelah itu kita kembangkan sendiri sesuai kemauan kita. Sekarang silakan, Anda mencoba sendiri untuk membuat naskah drama lebih baik. Selamat mencoba!

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.